Pesawat Perintis dan Perhitungan Ludah

Sekira lima atau enam tahun lalu, ada sebuah pesawat perintis milik salah satu perusahan pertambangan yang berlokasi di Lelilef, Halmahera Tengah. kurang lebih 25km dari kampung saya. Pesawat kecil dengan kapasitas penumpang sekitar 8/12 orang tersebut melayani rute Lelilef - Ternate dua kali dalam seminggu.
Pesawat ini dikhususkan untuk mobilisasi para petinggi perusahan, karyawan dan urusan-urusan penting lainnya. Warga kampung juga bisa ikut naik pesawat ini, asal punya relasi tentunya.
Dari daerah saya untuk ke Ternate biasanya memakan waktu 5 jam. Empat jam dengan mobil untuk sampai di Sofifi, ibu kota Provinsi, kemudian satu jam untuk menyebrang ke Ternate menggunakan speed boat. Itu belum terhitung goncangan di jalan rusak yang bikin torang muntah-muntah. Lain halnya kalo naik pesawat. Tinggal naik, duduk sebentar, langsung turun di Ternate. "Kilat pokoknya" itu saya dengar dari mereka yang pernah naik pesawat perintis ini..
Suatu waktu karena saking penasarannya saya dengan waktu tempuh itu pesawat ke Ternate, saya lantas bertanya kepada seorang warga kampung.
"Om e, ngoni pigi Tarnate nae pesawat itu tu berapa lama? akang capat skali tu e"
"e capat saja. Pokokny pas pesawat mo terbang, ngana (ba)ludah sudah. Ngana pe ludah belum kering lagi, pesawat so mendarat di Ternate"
Saya terheran-heran membayangkan bagaimana cepatnya jika naik pesawat.
Ya syukurlah pada akhirnya saya pernah sekali berkesempatan naik itu apung besi menuju Ternate (karena menggunakan relasi kuasa yang ada, maafkan). Itu pengalaman pertama saya naik pesawat. Sensasinya lumayan lah. Tapi jangan pikir sa hitung waktu terbang ludah itu e, sebab saya bingung mo ludah di mana ketika di pesawat.
Previous
Next Post »