HAUS

Sekitar jam tiga lebih tiga puluh subuh kemarin dulu malam, tenggorokan saya begitu kering. Haus. Bergegaslah saya menuju dapur menghampiri dispenser. Sayang, galonnya kosong. Air habis. Saya membuka kulkas berharap ada air, dan ternyata kosong juga. Terpaksa saya kembali ke kamar dan berbarig lagi.
Tapi lama-lama ini haus makin menjadi-jadi. Ya sudah sayapun meminjam motornya kawan, Honda Win tanpa lampu bonus rawan mogok, untuk keluar mencari warung terdekat. Setelah keliling-keliling, ternyata tidak ada warung yang buka. Saya memutuskan menuju Belakang Mall, pusat kuliner, lokasi biasa kami nongkrong dan ngamen. Di sana saya kenal banyak pemilik dari rumah makan, jadi kalau mau minum air atau minta air es (bukan makanan, ceritanya beda lagi) tinggal masuk.
Sehabis meneguk dua gelas air es, saya bertemu lalu nongkrong bersama seorang kawan sambil menghisap kretek. Kebetulan turun hujan, jadi sambil menunggu lah. Hampir sejam, tiga batang djisamsoe habis, hujan sedikit redah, dan saya putuskan untuk kembali ke rumah.
Namun saat distart, motor yang saya bawa tidak mau hidup. Perasaan saya jadi tidak enak soalnya motor bajingan ini sudah berkali-kali bermasalah di tangan saya. Bahkan pernah mogok sampe-sampe saya harus menghubungi pemiliknya untuk datang menjemput. Motornya saya star lagi. Hidup, tapi hanya sebentar lalu mati lagi. Sial. Begitu terus.
Sementara gerimis turun lagi dan itu starter mulai licin (baca: starter yang gak ada karetnya), sedang sendal jepit yang saya pakai juga licin. Dan insiden itu terjadi. Sendal saya terpeleset dan itu gagang starter menghantam telapak hingga betis saya. Beeeehhh. Nyiluu cuy. Tak patah semangat saya kembali mencoba start lagi. Dan lagi starternya menghantam saya. Hasilnya? anda tau sendiri, bengkak memerah.
Saya menyerah dan memutuskan mendorong itu motor. Dua kilo meter. Jam 5 subuh. Dibawah gerimis. Tidak bisa lagi bedakan mana basah keringat atau basah hujan. Bajingan.
Sampai di rumah saya ngos-ngosan bukan main. Haus lagi, saya menuju dapur menghampiri dispenser daaaaaaan siaaaaal, saya lupa kalau air habis. Lebih sialnya lagi saya lupa mampir membeli air mineral di warung tadi. Saya ingin mengucapkan: cukimai dalam hal ini, tapi urung karena musti sabar. Akhirnya sa memilih tidur dalam keadaaan yang (silahkan anda bayangkan).

FYI, bengkak merah yang telah membiru masih terpertahankan hinga status ini saya tulis.
Previous
Next Post »